Cinta Dunia dan Takut Mati

Suaraheadline Jakarta, Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad, ketika Rasulullah berkumpul dengan para sahabat, beliau berkata, “Suatu saat kelak berbagai bangsa akan menghampiri kamu sekalian (kaum Muslimin) seperti makanan yang menghampiri mangkoknya.”

Para sahabat lalu bertanya, “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) termasuk orang-orang yang sedikit jumlahnya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Pada saat itu kamu sekalian banyak jumlahnya.

Tapi kamu adalah laksana buih air yang mengalir. Allah niscaya akan mengenyahkan rasa takut kepadamu dari hati musuhmu, dan menyusupkan al-wahn ke dalam hatimu.” Para sahabat lalu bertanya kembali, “Apakah al-wahn itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”

Jika kita mencermati fakta dan kondisi umat Islam di manapun, maka apa yang dikatakan oleh Rasulullah di dalam hadis di atas terjadi kini. Meski banyak, umat Islam tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Kondisi taraf berpikir kita berada dalam tingkat yang paling rendah. Kita tidak berdaya menolak ketika musuh-musuh memerangi kita melalui perang pemikiran.

Umat Islam begitu jauh dengan Islam itu sendiri. Akidah Islam yang seharusnya menjadi pedoman, banyak dicampakkan. Justru banyak dari kita mengadopsi pemikiran Barat mentah-mentah dan taklid buta. Tak heran bila kini umat Islam lebih takut kepada Barat dibandingkan kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.

Dunia seolah-olah adalah segalanya. Semua berpacu demi dunia. Tak jarang untuk mencapai tujuan itu, saudara, keluarga, teman, dan sahabat dikorbankan. Semua cara dilakukan. Dan kebanyakan lupa bahwa kesenangan dunia itu sifatnya sementara. Keadaan ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan para sahabat. Mereka begitu tunduk kepada Alquran dan Sunah. Islam digenggam dengan sangat eratnya.

Marilah kita mulai menyadari bahwa cinta dunia tidaklah akan memberikan kebahagiaan yang hakiki, tapi cinta untuk bertemu Allah akan membuat kita hidup sejahtera dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bis shawab.

Oleh Syifa Nur Islam
(ROL/SH)

Posted by admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *