Denny JA: Budaya dan Agama Semata Tak Cukup Kuat untuk Mengatasi Korupsi

SuaraHeadline.com Jakarta – Budaya dan agama semata-mata tidak cukup kuat untuk mengatasi masalah korupsi. Padahal budaya memberi sanksi moral terhadap pelaku korupsi. Sedangkan agama memberi ancaman hukuman di akhirat bagi para pelaku korupsi.

Hal itu ditegaskan oleh Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, dalam Webinar Obrolan Hati Pena #20 di Jakarta, Kamis malam (6/1). Diskusi itu membahas buku “Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia” karya Satrio Arismunandar.

Dalam diskusi yang dipandu Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani itu, Denny menunjukkan hasil survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2011. Survei itu menunjukkan, Kementerian Agama justru adalah yang paling korup, dari 22 instansi yang disurvei oleh KPK.

Berbagai survei dari beberapa lembaga internasional juga menunjukkan, di negara-negara di mana agama dianggap sebagai hal yang sangat penting, tingkat korupsi di pemerintahannya justru buruk. Misalnya di: India, Filipina, Arab Saudi, Thailand dan Indonesia.

“Sebaliknya, negara-negara yang penduduknya tidak menganggap agama sebagai hal penting, justru adalah negara yang paling bersih dari korupsi,” ujar Denny. Tingkat korupsi di negara-negara itu sangat rendah.

Berdasarkan CPI (Corruption Perceptions Index), ada top 10 negara yang dianggap paling bersih dari korupsi. Yaitu: Selandia Baru, Finlandia, Norwegia, Swiss, Swedia, Denmark, Belanda, Singapura, Luksemburg, dan Jerman.

“Di Denmark, misalnya, cuma 19 persen warganya yang menganggap agama itu penting. Namun negara itu justru termasuk paling bersih dari korupsi,” kata Denny. #

Posted by admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *