Kiprah Wanita dalam Teknologi Blockchain, Srikandi Indonesia Jadi Pelopor

Chairwoman Blockchain Zoo, Pandu Sastrowardoyo
Chairwoman Blockchain Zoo, Pandu Sastrowardoyo

Suaraheadline.com Jakarta – Peran wanita dalam dunia Informasi dan Teknologi (IT) di Indonesia saat ini masih kurang terangkat ke permukaan, meskipun begitu pergerakannya perlahan mulai terasa. Terangkatnya perempuan dalam dunia IT berkat adanya teknologi Blockchain.

Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya praktisi IT dari Indonesia yang diantaranya adalah Pandu Sastrowardoyo sebagai Chairwoman Blockchain Zoo dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Blockchain Indonesia serta pelopor gerakan “Women in Blockchain”.

Lewat blockchain, Pandu menyebarkan “virus” positif bagi wanita di dunia IT tanah air, khususnya dalam merangkul komunitas wanita untuk terjun mendalami teknologi blockchain, hingga akhirnya kaum hawa Indonesia memiliki peran dalam perkembangan dunia IT.

Bertempat di Wisma Barito Pacific, Jakarta Selatan, mengangkat tema “Women in Blockchain”, Asosiasi Blockchain Indonesia membagikan pengalaman kepada para IT programmer dengan menghadirkan sejumlah pembicara yang merupakan praktisi teknologi blockchain.

Selain Pandu dan Steven Suhadi dari Asosiasi Blockchain Indonesia, terdapat dua nama wanita praktisi blockchain lainnya, seperti Daphne Ng, Secretary General of Singapore Blockchain Association (Access), Merlina Li, Founding Member Indonesia Blockchain Network.

Dalam kesempatan tersebut, Pandu menyampaikan bahwa wanita sangat cocok untuk kerja di dunia blockchain dan saat ini di seluruh dunia banyak kaum wanita yang terjun ke dunia blockchain.

“Women in Blockchain itu rupanya sangat cocok, wanita sangat cocok bekerja di dunia blockchain, karena blockchain itu teknologi yang berbasis komunitas. Kalau teknologi ada tapi komunitasnya tidak ada itu tidak akan jalan. Sekarang ini kalau dilihat, banyak sekali di seluruh dunia wanita masuk ke blockchain,” ujar Pandu di Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Wanita itu dahulu, lanjutnya, banyak yang jadi programer, tapi lama kelamaan makin sedikit yang masuk ke dunia IT, mungkin karena memang lebih banyak laki-laki, jadi wanita agak sulit untuk masuk dan agak dianggap aneh jika wanita belajar programming.

Lebih jauh ia mengatakan, dengan adanya blockchain yang membutuhkan banyak komunitas, sekarang banyak sekali wanita yang masuk, bahkan lebih banyak praktisi dari teknologi blockchain dibanding teknologi yang lain.

Posted by admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *