Komunitas Bulutangkis Indonesia Mendukung Tegaknya Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI

IMG_20170601_162647

Suaraheadline.comJakarta – Sebagai bagian kecil dari elemen bangsa, para pemain yang tergabung dalam Komunitas Bulutangkis Indonesia menaruh kepedulian tinggi terhadap kondisi kebangsaan saat ini. Ketika kondisi kebatinan bangsa dan negara Indonesia dalam beberapa waktu terakhir ini terkoyak oleh penyebaran pesan-pesan bemada kebencian, hasutan, hingga tindak kekerasan dengan mengatasnamakan isu perbedaan suku, agama, rasa, dan antar goiongan (SARA), para ksatria bersenjatakan raket ini ikut_ pn’hatin.

Mengambil momentum Peringatan ke-72 Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2017, para pebulutangkis yang telah mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia di pentas dunia, terpanggil untuk menunjukkan dedikasi, loyalitas, dan dukungan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka menggelar Pemyataan Sikap setia dan mendukung pemerintahan Indonesia d bawah kepemimpinan Presiden Joko Wrdodo yang beriandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal lka.

Acara Pemyataan Sikap Komunitas Bulutangkis Indonesia dilakukan di Hotel Santika Premier, Jakarta Barat, Kamis (1/6). Dalam acara ini hadir para pahlawan oiahraga tepok bulu dart era tahun 1950-an hingga kini. Bisa disebut, seperti Tan Joe Hok, Rud Hartono, Liem Swe King, Rudy Heryanto Saputra, Imelda Wigoena, Maria Fransisca, lvana Lie, Eddy Hartono, Rosiana Tendean, Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, Han’yanto Arbi, Ricky Soebagdja, Elyza Nathanael, Frnarsih, Candra eraya, hingga Taufrk Hidayat.

‘Para pemain yang tergabung dalam Komunitas Bulutangkis Indonesia tems terang merasa cemas dengan kondsi kebangsaan saat ini. Kami mencermati adanya upaya dari sejumlah pihak yang ingin memecah beIah negara dan bangsa Indonesia dengan menggunakan isu suku,agama,ras,dan antar goiongan (SARA). Meluasnya penyebaran pesan-pesan bemada kebencian, hasutan, hingga tindak kekerasan dengan mengatasnamakan agama adalah gejala yang tidak bisa kita anggap enteng,’ kata Tan Joe Hok, orang Indonesia pertama yang meraih gelar juara All England 1959, yang juga didaulat sebaga’ sesepuh bulutangkis Indonesia.

“Sebagai oiahragawan yang selama ini telah ikut berjuang dengan keringat, darah, dan air mata demi menghanmkan nama bangsa dan negara Indonesia, kami terus terang merasa pn’hatin dan kuatir dengan kondisi ini. Negara Kesatuan Reptblik Indonesia (NKRI)yang bertandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal lka, adalah negeri yang ddirikan di atas perbedaan dan keragaman, serta bukan keseragaman,‘ tukas salah satu pahlawan Indonesia yang pertama kali ikut merebut Piala Thomas 1958 di Singapura ini.

‘Kami mendukung penuh seluruh upaya Presiden Joko Wrdodo untuk memulihkan situasi dengan mengambil tindakan yang diperlukan, sesuai dengan koridor hukum dan demokrasi. Kami, para pemain yang tengabung dalam Komunitas Bulutangkis Indonesia akan terns mendukung tegaknya Pancasila, Bhinneka Tunggal lka. dan NKRI! Mewakili teman-teman. bisa dkatakan, saya Indonesia, saya Pancasila. Bagi kami, NKRI adalah harga mati!‘ tegas Tan Joe Hok, yang juga Ketua Komunitas Bulutangkis Indonesia (KBI) ini.

Seal loyalitas dan dedkasi para pebulutangkis terhadap NKRI, memang tidak periu dipertanyakan dan dragukan Iagi. Hariyanto Arbi, misalnya. Dia bersama tim bulutangkis putra Indonesia tetap berkomitman dan kompak untuk terus bertarung dalam perebutan Pida Thomas 1998 di Hong Kong, kendati pada saat bersamaan, Kola Jakarta tengah meIetus kemsuhan SARA

“Saya adalah WNI yang sangat cinta NKRI. Loyalitas untuk bangsa dan negara Indonesia yang merrbual Tim Piala Thomas bersatu. Kamii berasai dari suku agana, budaya dan strata yang berbeda. Tetapi demi kejayaan Maren-Putin. kani buang jauh-jauh segata perbedaan tersebut Semangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ike memaci pemersatu kami. IniIah bukti nasionalisme dan dedikasi kami kepada Indonesia Dengan kondisi kejiwaan yang tidak karuan, kami ietap bisa juara satelah menang 3-2 atas Malaysia dan kenibdi merabut Piala Thomas,” tutur Hariyanto Arbi juera All England 1993 1994, serta Juara Duria 1995 di Lausanne, Swiss.

Dalam tim PialaThomas 1998 itu, Indonesia diperkuat oleh pemain dari suku ,agama ras dan antar golongan yang beragam. Meski berbeda tetapi justru i ilah yang menyatukan dan menjadi modal berharga menjadi juara. Haryanto asal Kudus, Rexy

dan Manev Mainaky (T emate), Ricky Soebagdja (Bandung), Sigit Budarto (Yogyakana), Candra dan Indra \Mjaya (Cirebon), Hendrawan (MaIang), Tony Gunawan (Surabaya), dan Joko Supn‘anto (Solo).

Dijeiaskan oIeh pemain berjulukankan ‘Smash 100 Watt” ini, semangat persatuan ituIah yang membuat anggota tim PiaIa Thomas 1998 tampii habis – habisan. Jakarta boIeh membara dan terpecah-pecah, tetapi para pemain d Hong Kong tetap bersatu. HasiInya, Indonesia merebut PiaIa Thomas 1998. Pemain naik podium dengan ikat kepaIa merah-putih. Bendera Merah-Putih dikibarkan di tiang tertinggi dan Lagu Indonesia Raya Iantang dikumandangkan.

‘PiaIa Thomas 1998 itu kami dedikasikan sebagai perekat bangsa yang tengah terpecah dan terkoyak. ItuIah persembahan terbaik para pebqutangkis untuk Indonesia Kita berjaya karena Panc’asiIa, dan kita bisa makin kuat berkat Bhinneka TunggaI Ika.‘ tandas Hariyanto Ami.

SoaI onaIitas dan nasionaIisme, bisa juga dsimak bagaimana dedikasi Ivana Lie. Pemain tunggaI putri era tahun 1980-an ini tercatat 13 tahun menjadi atIet timnas Indonesia. Ironisnya, seIama 6 tahun dia mewakili Indonesia tetapi tarpa pengakuan juridis formd sebagai Wanga Negara Indonesia (WNI). Dari tahun 1977 hingga 1982, status Ivana adaiah orang asing karena orang tuanya masih WNA, kendati dia Iahir dan besar d Bandung.

Dampaknya, setiap kaIi berangkat mewakili Indonesia keluar negen‘, da tidak dibekaIi dengan paspor, tetapi dengan seIerrbar kertas seperti Iayaknya surat jalan yang Iangsung dicabut Iagi begitu kembaIi keTanahAir. Padahal, puluhan kaIi da berhasii merebut medaIi emas untuk mengharumkan Merah-Putih. ‘Rasanya tidak enak dan miris kaIau memikirkan pengaIaman itu. Saya Iahir dIndonesia, saya berbahasa dan berbudaya Indonesia. Jiwa saya Indonesia tetapi tidak dakui sebagai Indonesia,’ tukas Ivana

Yang menjad pertanyaan, mengapa Ivana tetap bertahan dan tetap memilih Indonesia, meskipun sebenamya saat itu da mendapat tawaran untuk pindah ke suatu negara? ‘Bisa memakai bendera Merah-Putih di dada adaIah pengaIaman dan kebanggaan yang Iuar biasa. Apalagi ketika Iagu Indonesia Raya berkumandang dan bendera Meiah-Putih berkibar d podum tertinggi. Semuanya itu, mengdahkan segaIa-galanya,‘ kenang Ivana.

“Saya katakan, saya cinta Indonesia. Saya cinta PancasiIa, juga cinta NKRI dan BhinnekaTunggaI Ika. Lepas dari semua tantangan tersebut, terus terang dan jujur saya katakan, saya merasa bangga bisa menjad bagian dan bisa berjuang bersama teman-teman untuk mengangkat harkat bangsa dan negata Indonesia meIaIu’ buiutangkis,’ ucap Ivana, tinaIis Keiuaraan Dunia 1980.

Menurut Ricky Soebagdja, dirinya terns terang merasa sangat sedh, kecewa, dan teriuka dengan kondsi kebangsaan ini. Kondsi kebangsaan terpecah-pecah, terkotak-kotak, dan penuh dengan uiaran kebencian dart suatu warga temadap warga negara yang Iain dengan mengusung isu SARA, membuat peraih emas Olimpiade Atlanta 1996 bersarna Rexy Mainaky ini tidak bisa mengerti.

‘Mengaaa soaI isu SARA memenuhi hari-hari kita belakangan ini. Ujaran kebencian terus muncuI di masyarakat Saya benar benar sedih dan kecewa. Bangsa dan negara Indonesia yang didirikan para Founding Father berdasarkan atas peibedaan dan keragaman, mengapa kiri bisa terpecah belah? Kami ingin Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus tam mariad pedoman bangsa Indonesia,’ kata Ricky.

Padahal, dulu ketika dirinya aktif sebagai pemain Indonesia, kondisi kebangsaan tidak ada masalah Dirinya yang beragama Islam bisa harmonis barmain bersama Rexy yang beragama Nasrani. Dia berasal dari suku Sunda, sementara Rexy dan‘ Ternate. Seiama 11 tahun berpasangan, tidak ada orang yang mengungkit- ngungkit soal perbedaan SARA

“Dulu saya dan Rexy, dari suku, agama, ras, dan goIongan berbeda. Tetapi, tak masaiah dan tidak ada orang yang memasalahkan Justru perberdaan ini yang membuat kami bisa iuara. Apa yang karni aiami duiu itu adalah perwujudan dan’ makna sesmggutnya Bhimeka Tunggai Ika,“ paper Juara Dunia 1993 di Birmingham bersama Gunawan1995 d Lausanne bareng Rexy ini.(Budi)

Posted by admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *