Presiden Jokowi Putuskan Blok Marsela Dibangun di Darat

Suaraheadline.com Jakarta – Presiden Joko Widodo memutuskan pembangunan kilang Blok Marsela di darat (onshore). Presiden mengatakan penentuan pembangunan infrastruktur gas pada blok migas terbesar ini setelah melakukan review dari masukan-masukan yang telah diterimanya.
“Dari kalkulasi perhitungan, pertimbangan-pertimbangan, yang sudah saya hitung, kita putuskan dibangun di darat,” kata Presiden Jokowi di Jakarta, Rabu (23/3/2016).
Penetapan di darat juga disebabkan pertimbangan megaproyek ini tidak hanya bergulir dalam waktu yang pendek, melainkan butuh waktu hingga belasan tahun dan dana investasi yang hingga ratusan triliun.
Hal penting yang jadi pertimbangan pemerintah juga, adanya keinginan ekonomi daerah dan ekonomi nasional mendapatkan kontribusi yang nyata. Setidaknya pembangunan proyek Marsela dapat memberikan dampak terhadap pembangunan wilayah Maluku dan sekitarnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, mengatakan keputusan sudah diambil oleh Presiden Joko Widodo. Dan pada sidang kabinet terbatas terakhir awal Februari lalu, semua argumen sudah dijelaskan kepada presiden.
“Akhirnya hari ini sudah diputuskan oleh presiden akan dibangun di darat,” ujarnya.
Selanjutnya, tugas dia adalah meneruskan keputusan ini dan menyampaikan kepada investor untuk mengkaji ulang seluruh usulan. Sebab, semuanya harus ditata ulang, karena memang proses memutuskan investasi pada 2018.
Sudirman juga mengatakan, akan segera menyebarkan kabar ini ke investor melalui surat resmi dari menteri ESDM. “Kami akan minta SKK Migas supaya penundaan ini tidak terlalu panjang, karena pesan presiden bagaimana caranya proyek ini bisa menjadi berguna bagi masyarakat dalam pembangunan regional dan pembangunan ekonomi nasional,” katanya.
Sebelumnya, berdasarkan kajian Kemenko Maritim dan Sumber Daya, biaya pembangunan kilang darat (onshore) sekitar 16 miliar dolar AS. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut (offshore), biayanya mencapai 22 miliar dolar AS. Dengan demikian, kilang di darat 6 miliar dolar AS lebih murah dibandingkan dengan kilang di laut.
Menurut Rizal Ramli yang juga Menteri Keuangan di era Presiden Abdurrahman Wahid, jika pembangunan kilang dilaksanakan di laut, maka Indonesia hanya akan menerima pemasukan 2,52 miliar dolar AS per tahun dari penjualan LNG. Angka itu pun diperoleh dengan asumsi harga minyak 60 dolar AS per barel.
“Sebaliknya dengan membangun kilang di darat, gas LNG itu sebagian bisa dimanfaatkan untuk industri pupuk dan petrokimia. Dengan cara ini, negara bisa memperoleh revenue mencapai 6,5 miliar dolar AS per tahun,” katanya.
Hal itu menurutnya yang menjelaskan mengapa Presiden menginginkan pembangunan kilang Masela di darat. “Beliau sangat memperhatikan manfaatnya dan multiplier effect-nya yang jauh lebih besar dibandingkan jika kilang dibangun di laut,” katanya. (SM/SH)

Posted by admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *